Krisis iklim yang semakin parah di tahun 2024 memicu kekhawatiran serius terhadap kelangsungan warisan kuliner dunia. Perubahan iklim ekstrem, termasuk cuaca yang lebih panas, kekeringan, dan bencana alam, mengancam keberadaan bahan-bahan dasar yang digunakan dalam berbagai masakan tradisional. Dari bumbu rempah hingga bahan pangan pokok seperti beras, gandum, dan kopi, banyak komoditas yang menjadi bahan utama kuliner global kini berada di ambang kepunahan.
Perubahan pola cuaca menyebabkan gangguan pada hasil pertanian yang menjadi tulang punggung banyak hidangan tradisional di seluruh dunia. Misalnya, kenaikan suhu global mengancam produksi kopi di kawasan penghasil kopi utama seperti Brasil dan Ethiopia, sementara kekeringan yang terjadi di kawasan Asia Tenggara berisiko mengurangi pasokan beras yang vital bagi masakan Asia. Hal ini bisa mengubah cara orang menikmati masakan khas mereka dan mengguncang industri kuliner global.
Beberapa ahli kuliner dan konservasionis budaya kuliner mengungkapkan bahwa warisan kuliner tradisional yang telah ada selama berabad-abad kini terancam punah akibat dampak krisis iklim. Banyak resep turun-temurun yang bergantung pada bahan-bahan langka yang kini semakin sulit didapatkan. Untuk itu, perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dan cara-cara bertani yang berkelanjutan menjadi sangat penting dalam menjaga kelangsungan warisan kuliner ini.
Para pakar juga menyerukan perlunya tindakan lebih tegas di tingkat global untuk mengatasi krisis iklim demi melestarikan warisan kuliner dunia. Upaya ini mencakup pengurangan emisi karbon, perlindungan terhadap habitat alam, serta penerapan pertanian berkelanjutan untuk memastikan bahwa bahan pangan yang menjadi bagian integral dari masakan dunia tetap tersedia di masa depan.