Pemerintah Kabupaten Ponorogo mengumumkan penetapan Reyog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) oleh UNESCO. Pengakuan ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata daerah dan memperkuat identitas budaya lokal. Dengan adanya pengakuan internasional, Reyog Ponorogo tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat setempat, tetapi juga menarik perhatian wisatawan dari seluruh dunia.
Pengakuan sebagai WBTB menandakan bahwa Reyog Ponorogo memiliki nilai budaya yang tinggi dan perlu dilestarikan. Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menyatakan bahwa langkah ini merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekayaan budaya daerah. Ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian budaya harus didukung oleh semua elemen masyarakat agar warisan ini tetap hidup dan relevan.
Sebagai bagian dari upaya untuk mempromosikan Reyog Ponorogo, pemerintah juga merencanakan pembangunan Monumen Reyog setinggi 126 meter. Monumen ini akan menjadi salah satu ikon baru bagi Ponorogo dan diharapkan dapat menarik lebih banyak pengunjung ke daerah tersebut. Ketinggian monumen ini dirancang untuk lebih tinggi daripada patung GWK di Bali, menandakan ambisi besar Ponorogo dalam sektor pariwisata. Ini mencerminkan bahwa infrastruktur yang menarik dapat menjadi magnet bagi wisatawan.
Dengan adanya pengakuan WBTB dan pembangunan monumen, diharapkan akan ada peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Ponorogo. Hal ini tentunya akan berdampak positif pada perekonomian lokal, terutama bagi sektor UMKM dan industri kreatif. Bupati Sugiri menargetkan kunjungan wisatawan mencapai 4 juta orang pada tahun 2025, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pariwisata dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi daerah.
Sebagai bagian dari strategi promosi pariwisata, Pemkab Ponorogo juga meluncurkan kalender wisata 2025 yang mencakup lebih dari 75 agenda acara. Dari festival budaya hingga kegiatan religi, kalender ini dirancang untuk menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Dengan berbagai acara yang menarik, pemerintah berharap dapat memperkenalkan kekayaan budaya Ponorogo kepada publik yang lebih luas. Ini menunjukkan bahwa perencanaan yang matang sangat penting dalam mengembangkan sektor pariwisata.
Dengan penetapan Reyog Ponorogo sebagai WBTB dan rencana pembangunan monumen setinggi 126 meter, semua pihak kini diajak untuk menyaksikan bagaimana langkah-langkah ini dapat mengubah wajah pariwisata di Ponorogo. Keberhasilan dalam menarik wisatawan akan sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha. Ini menjadi momen penting bagi Ponorogo untuk membangun masa depan pariwisata yang lebih cerah dan berkelanjutan.