Setelah lebih dari satu dekade dilanda perang saudara, Suriah kini mulai kembali menyambut wisatawan internasional. Sejak kejatuhan rezim Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024, negara ini memasuki fase baru dalam sejarahnya. Bendera hijau, putih, dan hitam milik Suriah Merdeka kini berkibar di atas Damaskus, menjadi simbol harapan baru bagi sektor pariwisata yang sempat terhenti akibat konflik berkepanjangan.
Optimisme dalam Kebangkitan Pariwisata
Ayoub Alsmadi, pendiri Syria Scope Travel, menyampaikan keyakinannya terhadap masa depan industri pariwisata di Suriah. “Keadaannya jauh lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya dalam wawancara dengan CNN Travel. Ia optimis bahwa dengan berakhirnya kekuasaan lama, sektor pariwisata akan kembali tumbuh pesat seiring dengan pencabutan larangan perjalanan oleh berbagai negara.
Beberapa maskapai penerbangan internasional, seperti Qatar Airways dan Turkish Airlines, telah melanjutkan operasionalnya di Damaskus. Meski sejumlah pemerintah, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, masih membatasi perjalanan warganya ke Suriah karena faktor keamanan, beberapa agen perjalanan mulai menyusun rencana tur ke negara ini dalam waktu dekat.
Hotel dan Pemandu Wisata Kembali Aktif
Banyak hotel dan destinasi wisata yang bertahan selama konflik, sementara para pemandu wisata yang sebelumnya kehilangan pekerjaan kini mulai kembali bekerja. Habbab, seorang pemilik hotel sekaligus penyelenggara tur, mengungkapkan bahwa situasi di Suriah mulai berubah. “Sekarang, wisatawan bisa berjalan dan berbicara dengan lebih leluasa,” katanya.
Tantangan dan Etika Berwisata ke Suriah
Meski sektor pariwisata menunjukkan tanda-tanda pemulihan, masih ada perdebatan mengenai etika mengunjungi negara yang baru saja lepas dari konflik berkepanjangan. Saat ini, Suriah dikelola oleh pemerintahan sementara yang terdiri dari berbagai kelompok pemberontak, termasuk Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Inggris.
Selain itu, kondisi kemanusiaan masih menjadi tantangan besar. Diperkirakan sekitar 90 persen penduduk hidup dalam kemiskinan, sementara 76 persen menghadapi krisis pangan.
Dylan Harris, pendiri Lupine Travel, menilai bahwa meskipun kondisi keamanan di Suriah saat ini merupakan yang terbaik dalam 14 tahun terakhir, perubahan bisa terjadi sewaktu-waktu. Stabilitas politik masih dalam tahap awal, dan kebijakan pemerintahan baru akan menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah Suriah dapat benar-benar bangkit atau kembali terjebak dalam konflik berkepanjangan.
Wisata Sejarah dan Dampak Perang
Sebelum konflik, wisatawan mengunjungi Suriah terutama untuk melihat berbagai situs bersejarah. Namun, kini sebagian wisatawan datang untuk menyaksikan secara langsung jejak kehancuran yang ditinggalkan oleh perang dan bagaimana negara ini berusaha bangkit dari keterpurukan.