Tag Archives: Wisata Budaya

https://palmtreegallery.com

Liburan Musim Semi di Jepang: Lebih Dari Sekadar Sakura!

Musim semi di Jepang selalu identik dengan keindahan bunga sakura yang bermekaran, menampilkan warna-warna yang cantik dan memukau. Bunga sakura biasanya mulai mekar antara bulan Maret hingga Mei. Salah satu cara untuk menikmati keindahannya adalah dengan melakukan hanami, yaitu duduk atau piknik di bawah pohon sakura. Namun, Jepang menawarkan lebih dari sekadar bunga sakura, dengan berbagai destinasi menarik yang bisa kamu jelajahi di musim semi ini.

Salah satu festival yang paling terkenal adalah Festival Bunga Sakura di Taman Ueno, Tokyo. Festival ini adalah salah satu yang terbesar di Jepang, di mana kamu bisa menikmati pemandangan pohon sakura di sepanjang jalan utama taman. Selain menikmati keindahan bunga, pengunjung juga bisa berpartisipasi dalam berbagai aktivitas seperti wahana air, berburu kuliner, hingga melihat landmark Komainu.

Di sisi lain, jika kamu menyukai salju dan olahraga musim dingin, Hokkaido adalah pilihan tepat. Meskipun sudah memasuki musim semi, Hokkaido tetap dingin dan bersalju, sehingga kamu masih bisa menikmati ski di Niseko, resor ski yang terkenal. Hokkaido juga menawarkan pemandangan yang menakjubkan serta resor-resor yang mudah dijangkau dari Bandara New Chitose.

Selain itu, Taman Bunga Ashikaga di Tochigi adalah destinasi yang tidak boleh dilewatkan. Di sini, kamu bisa menikmati bunga wisteria yang bermekaran indah dengan warna ungu, putih, dan kuning. Pada malam hari, taman ini berubah menjadi “Taman Bunga Cahaya” yang memukau dengan lampu-lampu indah yang menghiasi seluruh taman.

Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Jepang tanpa mencoba kuliner khas musim semi. Mochi sakura, mochi dengan rasa kacang merah yang dibungkus daun sakura, adalah salah satu camilan musim semi yang wajib dicoba. Kamu juga bisa mengikuti kelas memasak di Tokyo dan membuat wagashi berbentuk sakura yang lembut, sebuah pengalaman budaya yang unik.

Pesona Kampung Belanda Sampang Pikat Wisatawan Norwegia

Sebanyak sepuluh wisatawan asal Norwegia mengunjungi Kabupaten Sampang pada Jumat, 11 April 2025, untuk menikmati kekayaan budaya yang ditawarkan. Salah satu destinasi yang menarik perhatian mereka adalah Desa Wisata Kampung Belanda yang terletak di Desa Krampon, Kecamatan Torjun. Desa ini merupakan peninggalan era kolonial dengan struktur bangunan yang masih sangat autentik dan terjaga. Komposisi bangunannya mencerminkan arsitektur khas Belanda, lengkap dengan rumah-rumah tua yang masih dihuni hingga kini.

Endah Nursiskawati, Kepala Bidang Pariwisata Disporabudpar Sampang, menjelaskan bahwa para wisatawan tampak sangat antusias dalam menjelajahi desa tersebut. Mereka terkesan dengan keunikan arsitektur serta nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Kampung Belanda sendiri memiliki sekitar 100 rumah bergaya kolonial, dengan 24 rumah besar yang dulunya ditempati oleh pejabat Belanda, lengkap dengan fasilitas seperti gedung bioskop, lapangan olahraga, hingga tempat pengolahan air.

Salah satu turis, Hana, mengaku sangat terinspirasi oleh kunjungannya. Ia memuji keaslian bangunan dan keramahan warga setempat. Menurutnya, Kampung Belanda adalah tempat yang menyenangkan dan penuh nilai sejarah. Disporabudpar berharap kunjungan ini menjadi awal dari meningkatnya ketertarikan wisatawan asing terhadap budaya Sampang. Selain ke Kampung Belanda, para tamu juga berkunjung ke Desa Wisata Napo, mempelajari budaya lokal seperti rumah adat Tanean Lanjang, seni batik, musik Daul Dug Dug, serta menikmati sajian khas laut dan kopi jahe.

Posilumba Japi: Tradisi Balap Sapi yang Memikat Wisatawan di Sigi

Pesona Tradisi Balap Sapi Posilumba Japi di Sigi, Sulawesi Tengah. Tradisi balap sapi yang dikenal dengan sebutan Posilumba Japi kembali menjadi sorotan utama masyarakat di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kegiatan ini tidak hanya menjadi hiburan populer bagi warga lokal, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata yang mampu mengundang pengunjung dari berbagai daerah.

Posilumba Japi merupakan tradisi balapan sapi yang telah diwariskan secara turun-temurun di Sigi. Awalnya, kegiatan ini hanya menjadi hobi para petani yang memanfaatkan waktu setelah musim panen. Namun, tradisi tersebut kini telah berkembang menjadi sebuah perlombaan resmi dengan banyak peserta. Pada ajang terbaru, sekitar 50 pasangan sapi berlaga dalam kompetisi tersebut, menggambarkan tingginya minat masyarakat terhadap tradisi ini. Selain sebagai hiburan, tradisi ini juga berfungsi sebagai simbol persatuan dan budaya lokal yang kuat.

Setiap balapan dilakukan dengan menggunakan sepasang sapi yang menarik gerobak, sementara dua joki bekerja sama mengendalikan jalannya lomba. Salah satu joki bertugas mengarahkan sapi, sedangkan yang lainnya memacu kecepatan sapi dengan cambukan. Perlombaan berlangsung di lintasan sepanjang 300 meter, di mana sorakan semangat dari para penonton menambah suasana meriah. Dengan dukungan penonton yang antusias, Posilumba Japi bukan hanya sekadar kompetisi, tetapi juga perayaan budaya yang mempersatukan masyarakat.

Melihat popularitas Posilumba Japi yang terus meningkat, pemerintah daerah mulai merancang strategi untuk menjadikan tradisi ini sebagai salah satu daya tarik utama pariwisata di Kabupaten Sigi. Dengan pengelolaan yang tepat, acara ini diharapkan mampu menarik wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus memberikan dampak ekonomi positif bagi sektor pariwisata dan usaha kecil masyarakat sekitar.

Para penyelenggara juga mengharapkan adanya perhatian dan dukungan yang lebih besar dari pemerintah setempat untuk mengembangkan tradisi ini. Dengan dukungan tersebut, Posilumba Japi dapat dikemas lebih profesional sebagai acara tahunan yang terorganisir dengan baik. Hal ini akan memastikan keberlanjutan tradisi sekaligus meningkatkan skala penyelenggaraannya di masa depan.

Tradisi unik ini memiliki potensi besar untuk menjadi simbol budaya sekaligus daya tarik wisata unggulan di Kabupaten Sigi. Antusiasme masyarakat menunjukkan bahwa Posilumba Japi bukan hanya bagian dari sejarah lokal, tetapi juga masa depan pariwisata yang menjanjikan. Semua pihak kini berharap tradisi ini akan terus berkembang dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat serta pengunjung yang ingin menikmati pesonanya.