Industri pariwisata Australia menunjukkan pemulihan yang kuat setelah pandemi COVID-19, dengan wisatawan asal China kini menjadi kelompok terbesar yang berkunjung ke negara tersebut, melampaui jumlah wisatawan dari Selandia Baru. Wang Xi, seorang pemandu wisata di Brisbane, mengaku sibuk mengatur pemesanan dan menyusun rencana perjalanan bagi wisatawan China yang antusias menjelajahi berbagai destinasi di Australia. Ia menyebut bahwa mayoritas kliennya adalah para profesional muda yang memanfaatkan cuti tahunan mereka untuk berlibur dalam kelompok kecil beranggotakan dua hingga enam orang. Mereka juga cenderung memiliki tingkat pengeluaran yang lebih tinggi untuk menikmati layanan perhotelan dan pengalaman wisata.
Menurut data terbaru dari Biro Statistik Australia (ABS), sebanyak 114.670 wisatawan asal China tiba di Australia untuk kunjungan jangka pendek pada Januari, melampaui jumlah kedatangan wisatawan dari Selandia Baru yang tercatat sebanyak 96.250 orang. Lonjakan jumlah wisatawan China ini memberikan dampak besar bagi sektor pariwisata, mengingat mereka biasanya menghabiskan hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan wisatawan Selandia Baru, yakni sekitar 5.081 dolar Australia per perjalanan, dibandingkan dengan 2.627 dolar Australia.
Direktur Pelaksana Tourism Australia, Phillipa Harrison, menyambut baik pemulihan ini dan menyatakan bahwa jumlah kedatangan wisatawan internasional pada Januari 2025 mengalami peningkatan 17,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini semakin mendekatkan angka kunjungan wisata ke level sebelum pandemi. Meskipun Amerika Serikat masih menjadi negara ketiga dengan jumlah wisatawan terbesar ke Australia, pertumbuhan tertinggi tercatat dari destinasi di kawasan Asia, menunjukkan tren positif bagi sektor pariwisata di negara tersebut.